Secangkir Kopi Penyerta Setia Menjelajah jiwa.
Beberapa hari ini keinginan menulis demikian menguat, meski rutinitas aktifitas menyisakan letih dan penat namun serasa ada yang tak kunjung mereda yaitu dorongan untuk membingkai kata menggores pena, mengurus blog yang baru lagi.
Puluhan tulisan sudah tersematkan namun jauh dari kata memuaskan, jika jauh sebelum ini ngeblog adalah sebatas aktifitas untuk merefresh diri menyalurkan hobi, mendapat cuan sesekali dari orderan memasang iklan dan menulis review namun kisahnya kali ini tidaklah sama, ada target traffik organik yang belum tercapai secara memadai, ada beberapa tulisan yang gagal terindeks dengan baik, SEO yang masih kedodoran dan penghujung atas semua itu serasa masih teramat jauh.
Beberapa blog yang baru dirilis ibarat bayi yang masih sangat butuh dikenyangkan dengan asi, formula dan nutrisi. Dan menumbuhkan semua itu membuat hari hariku belakangan ini serasa tenggelam dalam pusaran-pusaran waktu yang serasa begitu cepat berlalu, semoga masih ada harapan untuk bisa diselesaikan, menuntaskan apa yang sudah dimulakan.
Temaram malam seringkali tak kuasa merebahkan raga, ada getar gelora yang tak bisa terpejam pulaskan, mengalir dan terus mengalir detak denyut nadi mengantar jiwa menjelajah menapaki sebuah ruang nun jauh di penghujung sana.
Asa ini terus berjalan tanpa henti, secangkir kopi sudahpun dingin mengering.
Asa ini terus berlarian tanpa tepi, dan aku masih disini, ditemani oleh secangkir kopi yang sudah tiada berasa lagi.
Jeda itu ada dan kita harus menepi untuk bisa menikmatinya dengan sebersih hati dan sepenuh jiwa.